Friday April 13, 2018 Posted by Techno_Main 1 Comments. Berbagi Ilmu -- Format dan Kriteria Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Kalimat efektif merupakan salah satu ciri - ciri penggunaan bahasa
Belajar adalah suatu hal yang penting. Dan hal tersebut diwajibkan dalam agama Islam. Dikarenakan belajar adalah hal yang wajib, maka apabila kita tidak belajar maka kita akan berdosa. Namun, ilmu yang seperti apa yang harus kita pelajari? Apakah kita harus mempelajari semua ilmu?Syekh Az-Zarnuji di dalam kitab Ta’lim Muta’alim membahas bahwa walaupun ada hadits yang menjadi dasar belajar itu wajib, namun kita tidak diwajibkan untuk belajar segala ilmu. Melainkan, kita diwajibkan untuk mempelajari ilmu haal, yaitu ilmu yang saat ini kita العلم علم الحال و أفضل العمل حفظ الحال“Ilmu yang paling utama itu adalah ilmu haal. Dan pekerjaan yang paling utama itu adalah menjaga haal”.Jadi, apa ilmu yang saat ini kita butuhkan? Manusia diciptakan oleh Allah untuk خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali mereka untuk beribadah kepadaku.” Q. S Az-Zariyat Ayat 56Dalam hal ibadah, ada ibadah yang diwajibkan dan ada yang disunnahkan. Salah satu ibadah yang diwajibkan adalah shalat. Maka, ilmu yang paling wajib kita pelajari sekarang adalah ilmu tentang bagaimana cara shalat yang baik dan benar menurut sudut pandang agama bisa kita shalat dengan benar apabila kita tidak mempelajari ilmu tentang tatacara shalat yang baik dan benar? Bagaimana bisa shalat kita ini diterima oleh Allah apabila kita tidak tahu ilmunya?Syekh Ahmad Ibnu Ruslan di dalam kitabnya Matan Zubad fii Ilmil fiqhi alaa Madzhaabis syaafi’iوَ كُلُّ مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ أَعْمَالُهُ مَرْدُوْدَةٌ لَاتُقْبَلُ“Dan setiap amal yang dilakukan tanpa ilmu, maka amalan-amalannya ditolak dan tidak diterima”Begitupun di dalam ibadah. Percuma jika kita shalat seribu rokaat, namun gerakan shalat kita masih belum sempurna, maka tidak akan diterima shalat kita. Maka dari itu, Allah berfirman di dalam Al-Mulk 67 Ayat ke-2…. لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا….“…. Dia menguji kamu, siapa di antara Kamu yang lebih baik amalnya….”Allah melihat siapa di antara kita yang lebih baik amalnya. Bukan yang lebih banyak amalnya. Tentu saja, salah satu faktor yang paling mempengaruhi baik atau tidaknya suatu amalan adalah ilmu. Ilmu yang mempelajari tentang suatu amalan ibadah adalah ilmu fiqih. Maka, ilmu fiqih paling penting untuk di dalam kitab Ta’limul Muta’alim, “Jika orang yang memiliki ilmu itu perlu dibanggakan ilmunya, maka ilmu fikihlah yang patut paling dibanggakan. Maka berapa banyak minyak wangi yang harum namun tidak seharum minyak misik. Dan berapa banyak burung yang dapat terbang namun tidak seperti terbangnya burung elang.”Melalui perkataan tersebut, dapat kita ketahui bahwa ilmu fiqih itu ilmu yang paling penting. Bahkan, dikatakan ilmu fiqih ini lebih penting untuk dipelajari ketimbang ilmu tentang tatacara membaca Al-Qur’an. Namun, bukan berarti ilmu tajwid ini tidak penting. Ilmu tajwid juga penting. Namun, tentu saja ilmu fiqih yang paling Al-Qur’an itu Sunnah. Jika kita tidak membacanya, maka kita tidak berdosa. Namun, hal-hal ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan lain hal sebagainya ini wajib. Jika kita meninggalkannya, maka kita akan berdosa. Ini bukan persoalan membanding-bandingkan ibadah yang satu dengan yang lainnya. Ini hanya bertujuan agar kita semakin mantap dalam memilih prioritaskan dulu sesuatu yang wajib. Setelah yang wajib telah rapih, baru kita bisa menambah dengan amalan-amalan yang Sunnah. Jangan sampai kita ini mengikuti bisikan itu apabila dia tidak dapat menghasut kita untuk bermaksiat, maka dia akan menghasut kita untuk meninggalkan yang wajib demi melaksanakan yang ada pengajian setiap malam setelah shalat Isya di masjid terdekat. Namun, kita tidak mau mengikuti pengajian tersebut dikarenakan kita ingin membaca Al-Qur’an. Ini merupakan salah satu bisikan setan. Karena kita telah meninggalkan yang wajib demi melaksanakan yang dalam contoh lain, Kamu rela bangun jam 3 pagi untuk shalat tahajjud sebanyak-banyaknya. Namun, ketika Kamu selesai, mata menjadi mengantuk. Lalu Kamu tidur, tidak menunggu saat shubuh tiba. Alhasil Kamu bangun shubuh kesiangan. Kamu melaksanakan yang sunnah namun meninggalkan yang dari itu, kita harus prioritaskan terlebih dahulu untuk mempelajari ilmu fikih. Jika kita ingin mempelajari Al-Qur’an, boleh-boleh saja, bahkan sangat bagus. Namun, jangan sampai kita mengorbankan waktu untuk belajar fikih demi mempelajari Al-Qur’an.
IlmuKomunikasi juga berhubungan erat dengan masalah fundamental dan dasar-dasar dari hubungan antar manusia dan kehidupan sosial. Nah, kira-kira kalau kita ingin mengambil mata kuliah ini, materi ilmu komunikasi apa aja sih yang akan kita pelajari? Simak artikel ini yuk! 1. Segala bentuk-bentuk komunikasi! Materi ilmu komunikasi yang pertama
Ilmu adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan. Dengan tidak adanya ilmu di dalam diri kita maka kita menjalani hidup ini menjadi tanpa arah dan tanpa menurut Ali bin Abi Thalib, ilmu itu lebih berharga daripada harta, karena kaulah yang menjaga harta, sedangkan ilmu yang menjagamu. Di dalam hadist juga disebutkan bahwasanya menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim dan sekeliling kita ada berbagai ilmu yang dapat kita pelajari bagi kehidupan kita. Baik itu ilmu berinteraksi dengan alam, berinteraksi dengan sesama manusia, bahkan ilmu berinteraksi dengan alam tetapi ada yang lebih penting dan utama dibandingkan ilmu di atas, yaitu ilmu yang mempelajari pengetahuan agama. Karena dengan kita mempelajari ilmu agama, kita akan mengenal apa itu iman, ketauhidan, ketaqwaan, etika, dan lain ilmu juga, kita sebagai manusia dapat memiliki kedudukan yang tinggi dan berbeda dari segala makhluk di muka bumi sebuah bangunan, ilmu agama menjadi pondasi dasar suatu bangunan tersebut, sedangkan ilmu yang lainnya hanya sebagai pelengkap dari bangunan tersebut bahkan tidak berpenghujung. Karena ilmu agama akan menuntun kita kepada segala sesuatu di muka bumi ini, bahkan sampai kita bertemu dengan dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman“Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Mujadilah11.Dan menurut Sayyidina Umar bin Khattab terdapat 3 tahapan seseorang dalam menuntut ilmu agar kita sebagai manusia memperoleh Tahap KesombonganUntuk tahap pertama ini, jika kita memperoleh ilmu maka ia akan sombong. Biasanya tahapan pertama ini terjadi, jika kita baru saja memperoleh ilmu baru yang orang lain belum mengetahuinya, sehingga kita merasa sombong karena kita lebih tahu dibandingkan dengan orang sebagai manusia pada dasarnya pasti ingin menjadi seorang terbaik dan rasa ingin dihormati. Akan tetapi, sikap seperti itu akan lebih menjuruskan kita kepada rasa sombong. Dimana rasa sombong itu akan menutup mata, hati, dan telinga kita untuk mencari lebih jauh tentang ilmu yang tidak seberapa kita Tahap TawadhuTahapan kedua dalam tingkatan ilmu adalah tawadhu. Ketika kita sudah memahami ilmu tersebut, sikap kita terhadap ilmu yang kita peroleh adalah sikap merasa rendah hati karena kita tahu bahwa begitu luasnya samudera ilmu yang kita pelajari. Rasa tawadhu ini juga akan membuka mata, hati, dan telinga kita untuk terus mencari ilmu dimanapun dan kepada Tahap Tidak Tahu Apa-ApaTahapan ketiga ini adalah tahapan tertinggi dalam tingkatan menuntut ilmu. Setelah menyelami berbagai ilmu yang dipelajari, kita baru menyadari bahwa ilmu yang selama ini kita dapat belum ada apa-apanya, dan kita merasa pada fase tidak tahu apa-apa. Dan kita akan sadar bahwa ilmu yang diberikan oleh Allah SWT tidak ada 3 Tahapan seseorang dalam menuntut ilmu, ditambah dengan kita mengetahui keutamaan seseorang dalam menuntut ilmu yang niscaya Allah SWT akan menaikkan derajat kita. Dan kita seharusnya segera mengintrospeksi diri sendiri, jadi ada di fase mana kita sekarang sebagai penuntut ilmu? Karenadiwebsite ini saya akan membagi-bagikan ilmu apa aja tentang pembuatan website, maka kita pelajari biangnya dulu, dasar dari semua dasar pembuatan website yaitu HTML. HTML (Hypertext Markup Language) merupakan bahasa yang digunakan untuk membuat website. Coba pelajari event yang penting-penting saja misalnya event keypress dan event – Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa طلب العلم فريضة على كل مسلم yang artinya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki ataupun perempuan. Hadist ini jelas menyebutkan bahwa selama anda beragama Islam anda wajib menuntut ilmu akan tetapi ilmu apa yang wajib dipelajari agar keluar daripada tuntutan agama? Para ulama mengatakan bahwa yang wajib dipelajari adalah ilmu yang kita lakukan sehari-hari sebagai seorang muslim yang mana itu mencakup 4 perkara. Pertama, berkaitan Aqidah yaitu apa saja yang wajib diyakini oleh setiap orang muslim dari sifat-sifat wajib bagi Allah dan Rasulnya atau yang lebih dikenal dengan Sifat 50 seperti yang ada dalam Aqidatul awam. Alhamdulillah masalah aqidah ulama-ulama nusantara tidak kurang-kurang menjelaskan hal ini. Kedua, berkaitan tentang ibadah yang setiap hari kita lakukan seperti salat, puasa, membaca Al-Qur’an yang artinya setiap orang mesti tau cara salat serta semua syarat dan rukunnya begitu pula jika ingin puasa atau zakat mesti belajar dahulu bagaimana perempuan wajib hukumnya belajar hukum Haidh dan Nifas. Ketiga, berkaitan tentang pekerjaan sehari-hari. Maka orang yang berdagang mesti tau bagaimana cara berdagang agar tidak dianggap “Curang” oleh Syariat terutama pedagang emas, perhiasan dan penukaran Uang Money Changer ini mesti sangat berhati-hati karena memiliki syarat khusus diatas syarat jual-beli biasa yaitu mesti kontan, serah terima dimajlis kemudian sama beratnya jika sama jenisnya الحلول والتقابض والتماثل. Begitu pula seorang dokter mesti tau tentang hukum-hukum Islam terkait profesinya seperti mau berkholwat dengan pasien yang berlawanan jenis atau membuka aurat pasien untuk kepentingan medis. Jika dia tidak belajar sedangkan ada ust di kotanya maka setiap detik dosanya akan terus mengalir karena mengakhirkan belajar sesuatu yang wajib baginya. Keempat, hal-hal terkait penyakit hati seperti apa itu hasut,iri, dengki dan sombong contohnya. Agar kita tidak terjerumus adalah kadar dari tasawuf yang mesti diketahui oleh semua orang Islam yang mana jika tidak mengetahuinya maka seseorang itu berdosa. Kadar dari hal-hal ini sangat mudah sekali untuk dipelajari sampai dulu saya ingin membuat daurah dalam ilmu fardhu ai’n selama 3 hari dalam spirit ” Belajar 3 hari Libur selamanya”. Ironisnya berapa banyak orang-orang hadir majelis setiap minggu akan tetapi ilmu tentang fardhul a’in jarang atau bahkan tidak pernah dibahas. Hanya tentang fadhoil, hikmah-hikmah, ijazah-ijazah bahkan cerita-cerita yang semacam ini tidak akan menjadikan orang yang hadir majelis keluar dari pada fardhu a’in. Habib Ali Baqir al-Saqqaf, Intelektual Muslim. Next Post Tokoh Kiai Wahib Wahab, Bung Karno dan Jimat Sabuk Mbah Chasbullah Tambakberas Jum Jul 15 , 2022 – Terdapat suatu kisah menarik antara Kiai Wahib Wahab, Bung Karno dan jimat sabuk Mbah Chasbullah Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Kisah mengenai jimat sabuk tersebut dituturkan oleh KH. Maimun Zubair, pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Kiai Maimun Zubair sangat mengenal dan memahami Kiai Wahib Wahab karena […] Breaking News Inimata pelajaran yang penting loh. karena nantinya seluruh bangunan konstruksi apa saja yang akan dibuat dalam pendesignnya dibutuhkan output dari ilmu ini. jadi teknik sipil tanpa ilmu ini seperti sayur tanpa garam. Mekanika Teknik II, Mekanika Teknik III sampai 4 akan diterima disemester berikutnya, mungkin disetiap kampus berbeda beda. MENCARI ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak akan bisa menjalani hidup ini dengan baik. Sungguh bila kita tak mencari ilmu maka hanya penyesalan yang akan tiba. Kewajiban mencari ilmu bukan hanya bagi anak-anak saja, tapi orang tua pun wajib mencari ilmu. Karena setiap perkara itu butuh ilmu dalam pengamalannya. Terdapat beberapa kondisi di mana menuntut ilmu agama adalah wajib atas setiap muslim fardhu ain. Jika sudah begini, berdosalah setiap orang yang meninggalkannya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224 BACA JUGA Ketika Imam Syafii Menuntut Ilmu Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Namun “ilmu” apakah yang dimaksud dalam hadits ini? Penting untuk diketahui bahwa ketika Allah Ta’ala atau Rasul-Nya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Alquran atau As-Sunnah, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i ilmu agama, termasuk kata “ilmu” yang terdapat dalam hadits di atas. Meski kita tahu bahwa hukum menuntut ilmu agama adalah wajib, namun kita tidak diwajibkan untuk mempelajari semua cabang dalam ilmu agama. Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menjelaskan ilmu apa saja yang wajib dipelajari oleh setiap muslim. Artinya, tidak boleh ada seorang muslim pun yang tidak mempelajarinya. 1 Ilmu tentang pokok-pokok keimanan Yaitu keimanan kepada Allah Ta’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir. 2 Ilmu tentang syariat-syariat Islam Di antara yang wajib adalah ilmu tentang hal-hal yang khusus dilakukan sebagai seorang hamba seperti ilmu tentang wudhu, shalat, puasa, haji, zakat. Kita wajib untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ibadah-ibadah tersebut, misalnya tentang syarat, rukun dan pembatalnya. 3 Ilmu tentang lima hal yang diharamkan yang disepakati oleh para Rasul dan syariat sebelumnya Kelima hal ini disebutkan dalam firman Allah Ta’ala, ö قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ “Katakanlah,’Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengharamkan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui’”. QS. Al-A’raf [7] 33 Kelima hal ini adalah haram atas setiap orang pada setiap keadaan. Maka wajib bagi kita untuk mempelajari larangan-larangan Allah Ta’ala, seperti haramnya zina, riba, minum khamr, dan sebagainya, sehingga kita tidak melanggar larangan-larangan tersebut karena kebodohan atau ketidaktahuan kita. BACA JUGA Di Manakah Ilmu yang Engkau Dapatkan? 4 Ilmu yang berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain secara khusus misalnya istri, anak, dan keluarga dekatnya atau dengan orang lain secara umum Ilmu yang wajib menurut jenis yang ke empat ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan dan kedudukan seseorang. Misalnya, seorang pedagang wajib mempelajari hukum-hukum yang berkaitan dengan perdagangan atau transaksi jual-beli. Ilmu yang ke empat ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Lihat Miftaah Daaris Sa’aadah, 1/156. Dari penjelasan Ibnul Qoyyim rahimahullah di atas, jelaslah bahwa apa pun latar belakang pekerjaan dan profesi kita, wajib bagi kita untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Itulah kelima ilmu yang wajib dipelajari setiap orang yang mengaku beragama muslim menurut Ibnul Qoyyim rahimahullah. Wallahu a’lam bishawwab. [] Lantassiapakan yang harus menentukan bahwa ilmu yang ia pelajari itu akan bermanfaat atau tidak bermanfaat, maka jawabannya bisa sangat beragam, ada yang menjawab guru, murid, Allah, orang tua, atau yang lainnya. Untuk mengetahui hal itu ada baiknya kita perhatikan ungkapan bahwa “kewajiban belajar itu sangat bergantung dengan tuntutan Buletin At-Tauhid edisi 34 Tahun XI Salah satu fenomena yang cukup memprihatinkan pada zaman kita saat ini adalah rendahnya semangat dan motivasi untuk menuntut ilmu agama. Ilmu agama seakan menjadi suatu hal yang remeh dan terpinggirkan bagi mayoritas kaum muslimin. Berbeda halnya dengan semangat untuk mencari ilmu dunia. Seseorang bisa jadi mengorbankan apa saja untuk meraihnya. Kita begitu bersabar menempuh pendidikan mulai dari awal di sekolah dasar hingga puncaknya di perguruan tinggi demi mencari pekerjaan dan penghidupan yang layak. Mayoritas umur, waktu dan harta kita, dihabiskan untuk menuntut ilmu dunia di bangku sekolah. Bagi yang menuntut ilmu sampai ke luar negeri, mereka mengorbankan segala-galanya demi meraih ilmu dunia jauh dari keluarga, jauh dari kampung halaman, dan sebagainya. Lalu, bagaimana dengan ilmu agama? Terlintas dalam benak kita untuk serius mempelajarinya pun mungkin tidak. Apalagi sampai mengorbankan waktu, harta dan tenaga untuk meraihnya. Tulisan ini kami maksudkan untuk mengingatkan diri kami pribadi dan para pembaca bahwa menuntut ilmu agama adalah kewajiban yang melekat atas setiap diri kita, apa pun latar belakang profesi dan pekerjaan kita. Kewajiban Menuntut Ilmu Agama Sebagian di antara kita mungkin menganggap bahwa hukum menuntut ilmu agama sekedar sunnah saja, yang diberi pahala bagi yang melakukannya dan tidak berdosa bagi siapa saja yang meninggalkannya. Padahal, terdapat beberapa kondisi di mana hukum menuntut ilmu agama adalah wajib atas setiap muslim fardhu ain sehingga berdosalah setiap orang yang meninggalkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. HR. Ibnu Majah, shahih. Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Lalu, “ilmu” apakah yang dimaksud dalam hadits ini? Penting untuk diketahui bahwa ketika Allah Ta’ala atau Rasul-Nya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al Qur’an atau As-Sunnah Hadits, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i ilmu agama, termasuk kata “ilmu” yang terdapat dalam hadits di atas. Sebagai contoh, berkaitan dengan firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan katakanlah,Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’“. QS. Thaaha [20] 114. Maka Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata, “Firman Allah Ta’ala yang artinya,’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali tambahan ilmu. Adapun yang dimaksud dengan kata ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifat-Nya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan”. Fathul Baari. Dari penjelasan Ibnu Hajar rahimahullah di atas, jelaslah bawa ketika hanya disebutkan kata “ilmu” saja, maka yang dimaksud adalah ilmu syar’i. Oleh karena itu, merupakan sebuah kesalahan sebagian orang yang membawakan dalil-dalil tentang kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu dari Al Qur’an dan As-Sunnah, namun yang mereka maksud adalah untuk memotivasi belajar ilmu duniawi. Meskipun demikian, bukan berarti kita mengingkari manfaat belajar ilmu duniawi. Karena hukum mempelajari ilmu duniawi itu tergantung pada tujuannya. Apabila digunakan dalam kebaikan, maka baik. Dan apabila digunakan dalam kejelekan, maka jelek. Lihat Kitaabul Ilmi. Ilmu Apa Saja yang Wajib Kita Pelajari? Setelah kita mengetahui bahwa hukum menuntut ilmu agama adalah wajib, maka apakah kita wajib mempelajari semua cabang ilmu dalam agama? Tidaklah demikian. Kita tidak diwajibkan untuk mempelajari semua cabang dalam ilmu agama, seperti ilmu jarh wa ta’dil sehingga kita mengetahui mana riwayat hadits yang bisa diterima dan mana yang tidak. Demikian pula, kita tidak diwajibkan untuk mempelajari rincian setiap pendapat dan perselisihan ulama di bidang ilmu fiqh. Meskipun bisa jadi ilmu semacam itu wajib dipelajari sebagian orang fardhu kifayah, yaitu para ulama yang Allah Ta’ala berikan kemampuan dan kecerdasan untuk mempelajarinya demi menjaga kemurnian agama. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah di atas, kita “hanya” wajib mempelajari sebagian dari ilmu agama, yaitu ilmu yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah, sehingga kita dapat beribadah kepada Allah Ta’ala dengan benar. Kita juga wajib mempelajari ilmu tentang aqidah dan tauhid, sehingga kita menjadi seorang muslim yang beraqidah dan mentauhidkan Allah Ta’ala dengan benar dan selamat dari hal-hal yang merusak aqidah kita atau bahkan membatalkan keislaman kita. Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menjelaskan ilmu apa saja yang wajib dipelajari oleh setiap muslim. Artinya, tidak boleh ada seorang muslim pun yang tidak mempelajarinya. Ilmu tersebut di antaranya Pertama, ilmu tentang pokok-pokok keimanan, yaitu keimanan kepada Allah Ta’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir. Ke dua, ilmu tentang syariat-syariat Islam Di antara yang wajib adalah ilmu tentang hal-hal yang khusus dilakukan sebagai seorang hamba seperti ilmu tentang wudhu, shalat, puasa, haji, zakat. Kita wajib untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ibadah-ibadah tersebut, misalnya tentang syarat, rukun dan pembatalnya. Ke tiga, ilmu tentang lima hal yang diharamkan yang disepakati oleh para Rasul dan syariat sebelumnya Kelima hal ini disebutkan dalam firman Allah Ta’ala, yang artinya “Katakanlah,’Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengharamkan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui’”. QS. Al-A’raf [7] 33 Kelima hal ini adalah haram atas setiap orang pada setiap keadaan. Maka wajib bagi kita untuk mempelajari larangan-larangan Allah Ta’ala, seperti haramnya zina, riba, minum khamr, dan sebagainya, sehingga kita tidak melanggar larangan-larangan tersebut karena kebodohan kita. Ke empat, ilmu yang berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain secara khusus misalnya istri, anak, dan keluarga dekatnya atau dengan orang lain secara umum. Ilmu yang wajib menurut jenis yang ke empat ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan dan kedudukan seseorang. Misalnya, seorang pedagang wajib mempelajari hukum-hukum yang berkaitan dengan perdagangan atau transaksi jual-beli. Ilmu yang ke empat ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Lihat Miftaah Daaris Sa’aadah. Dari penjelasan Ibnul Qoyyim rahimahullah di atas, jelaslah bahwa apa pun latar belakang pekerjaan dan profesi kita, wajib bagi kita untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Menuntut ilmu agama tidak hanya diwajibkan kepada ustadz atau ulama. Demikian pula kewajiban berdakwah dan memberikan nasihat kepada kebaikan, tidak hanya dikhususkan bagi para ustadz atau para da’i. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, jika Allah memberikan petunjuk kepada satu orang saja melalui perantaraanmu, itu lebih baik bagimu dibandingkan dengan unta merah yaitu unta yang paling bagus dan paling mahal, pen.”. HR. Bukhari dan Muslim. Dan tidak diragukan lagi, bahwa untuk berdakwah sangat membutuhkan dan harus disertai dengan ilmu. Bisa jadi, karena kondisi sebagian orang, mereka tidak terjangkau oleh dakwah para ustadz. Sebagai contoh, betapa banyak saudara kita yang terbaring di rumah sakit dan mereka meninggalkan kewajiban shalat? Di sinilah peran penting tenaga kesehatan, baik itu dokter, perawat, atau ahli gizi yang merawat mereka, untuk menasihati dan mengajarkan cara bersuci dan shalat ketika sakit. Demikian pula seseorang yang berprofesi sebagai sopir, hendaknya mengingatkan penumpangnya misalnya untuk tetap menunaikan shalat meskipun di perjalanan. Tentu saja, semua itu membutuhkan bekal ilmu agama yang memadai. Terahir, jangan sampai kita menjadi orang yang sangat pandai tentang seluk-beluk ilmu dunia dengan segala permasalahannya, namun lalai terhadap ilmu agama. Hendaknya kita merenungkan firman Allah Ta’ala yang artinya, “Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedangkan mereka lalai tentang kehidupan akhirat”. QS. Ar-Ruum [30] 7 Penulis dr. M. Saifudin Hakim, MSc. Alumni Ma’had Al Ilmi Yogyakarta Ziyadah Ancaman Jika Sengaja Menunda Ibadah Haji Padahal Mampu Ajaib memang, ibadah haji bisa dilaksanakan bagi mereka yg mendapat taufik dan memiliki keikhlasan. Ada yang punya harta, tetapi tidak punya waktu dan kesehatan tubuh. Ada yang sehat dan punya waktu tetapi tidak punya harta. Ada yang punya waktu, uang dan kesehatan tetapi tidak segera menunaikan haji, baik karena menunda-nunda atau atau tidak ada keinginan sama sekali. Ancaman jika sengaja menunda ibadah haji padahal mampu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Azaa wa jalla berfirman artinya, “Sesungguhnya seorang hamba telah Aku sehatkan badannya, Aku luaskan rezekinya, tetapi berlalu dari lima tahun dan dia tidak menghandiri undangan-Ku naik haji, karena yang berhaji disebut tamu Allah, pent, maka sungguh dia orang yang benar-benar terhalangi dari kebaikan” HR. Ibnu Hibban, shahih. Umar bin Khattab radhiallahu anhu berkata, “Sesungguhnya saya berkeinginan bisa mengutus sekelompok orang ke daerah-daerah. Mereka mencari orang yang punya kemampuan tetapi tidak pergi haji, menjatuhkan jizyah upeti kpeada mereka. Mereka yang semacam ini bukanlah muslim, mereka bukanlah muslim.” HR. Said bin Mashur, shahih. Dalam riwayat yang lain, “Hendaknya mereka mati dalam keadaan yahudi atau nashrani –dikatakan tiga kali- seorang yang mati kemudian sengaja tidak berhaji, padahal ia mendapat keluasan rezeki dan kemudahan jalan.” HR. Baihaqi, shahih. Bersegeralah menunaikan ibadah haji dan Umrah Ibadah haji dan umrah diperintahkan agar segera ditunaikan. Bagaimana tidak, ibadah haji adalah salah satu rukun Islam. Yang namanya rukun, merupakan pendiri tegaknya sesuatu yang dibangun diatasnya. Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, dia berkata Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Islam dibangun di atas lima tonggak Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan syahadat Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, hajji, dan puasa Ramadhan”. HR Bukhari. Maka sudah selayaknya bersegara dan berkeinginan kuat menunaikan ibadah haji dan umrah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah kalian berhaji-yaitu haji yang wajib-karena salah seorang diantara kalian tidak tahu apa yang akan menimpanya” hasan. Beliau juga bersabda, “Barangsiapa yang ingin pergi haji maka hendaklah ia bersegera, karena sesungguhnya kadang datang penyakit, atau kadang hilang hewan tunggangan atau terkadang ada keperluan lain mendesak”. HR. Ibnu Majah, hasan. Demikian semoga bermanfaat Penulis dr. Raehanul Bahraen Alumni Ma’had Al Ilmi Yogyakarta Artikel
Sumber unsplash.com. Mata kuliah kedokteran ini wajib kamu kuasai juga, walaupun kamu tidak berminat untuk melanjutkan ke spesialis bedah. Sebagai calon dokter, kamu tetap harus menguasai ilmu dan teknik dasar dalam pembedahan, lho! Nantinya, kamu akan mendapatkan banyak praktik di dalam mata kuliah ilmu bedah agar dapat menyeimbangkan
Jurusanini bisa terdengar cukup mengintimidasi dan menyulitkan. Namun memahami fakta-fakta dasar akan membuatmu lebih mudah dalam mempelajari ilmu ini. Berikut ini 10 hal mendasar yang harus kamu ketahui sebelum belajar ilmu ini lebih dalam. (Baca juga: Pengertian psikologi sebagai ilmu sains) Tidakada seorangpun yang dilahirkan dalam keadaan dia berilmu. Dia harus belajar. Jadi kita harus memperbaiki cara beragama kita dengan dalil. Ilmu ini maksudnya kita belajar ilmu syar’i, Al-Qur’an dan Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih. Karena banyak kita lihat umat Islam yang tidak belajar, tidak ngaji, tidak menuntut ilmu.
KewajibanMenuntut Ilmu – Menuntut ilmu merupakan salah satu hal yang utama dalam agama islam, islam memandang menuntut ilmu sebagai bagian dari ibadah yang diharuskan bagi segenap kaum muslimin dimanapun berada.Menuntut ilmu juga sejatinya menjadi pembeda antara seorang yang berilmu dengan seorang yang bodoh. Banyak sekali
.
  • 7adubbyvld.pages.dev/813
  • 7adubbyvld.pages.dev/440
  • 7adubbyvld.pages.dev/190
  • 7adubbyvld.pages.dev/106
  • 7adubbyvld.pages.dev/765
  • 7adubbyvld.pages.dev/57
  • 7adubbyvld.pages.dev/429
  • 7adubbyvld.pages.dev/426
  • 7adubbyvld.pages.dev/567
  • 7adubbyvld.pages.dev/575
  • 7adubbyvld.pages.dev/62
  • 7adubbyvld.pages.dev/40
  • 7adubbyvld.pages.dev/148
  • 7adubbyvld.pages.dev/555
  • 7adubbyvld.pages.dev/12
  • ilmu apa saja yang wajib kita pelajari